History of Greenland

From Wikipedia, the free encyclopedia



The history of Greenland, the world's largest island, is the history of life under extreme Arctic conditions: an ice cap covers about 95 percent of the island, largely restricting human activity to the coasts.

The first humans are thought to have arrived around 2500 BC. This group apparently died out and were succeeded by several other groups migrating from continental North America. To Europeans, Greenland was unknown until the 10th century, when Icelandic Vikings settled on the southwestern coast. This part of Greenland was apparently unpopulated at the time when the Vikings arrived; the direct ancestors of the modern Inuit Greenlanders are not thought to have arrived until around AD 1200 from the northwest. The Norse settlements along the southwestern coast eventually disappeared after about 500 years. The Inuit thrived in the icy world of the Little Ice Age and were the only inhabitants of the island for several centuries. Denmark-Norway nonetheless claimed the territory, and, after centuries of no contact between the Norse Greenlanders and their Scandinavian brethren, it was feared that the Greenlanders had lapsed back into paganism; so a missionary expedition was sent out to reinstate Christianity in 1721. However, since none of the lost Norse Greenlanders were found, Denmark-Norway instead proceeded to baptize the local Inuit Greenlanders and develop trading colonies along the coast as part of its aspirations as a colonial power. Colonial privileges were retained, such as trade monopoly.

During World War II, Greenland became effectively detached, socially and economically, from Denmark and became more connected to the United States and Canada. After the war, control was returned to Denmark, and, in 1953, the colonial status was transformed into that of an overseas amt (county). Although Greenland is still a part of the Kingdom of Denmark, it has enjoyed home rule since 1979. In 1985, the island became the only territory to leave the European Union, which it had joined as a part of Denmark in 1973.
Read More...


Protokol Montreal

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Protokol Montreal (lengkapnya: Protokol Montreal atas Zat-Zat yang mengurangi Lapisan Ozon) adalah sebuah traktat internasional yang dirancang untuk melindungi lapisan ozon dengan meniadakan produksi sejumlah zat yang diyakini bertanggung jawab atas berkurangnya lapisan ozon. Traktat ini terbuka untuk ditandatangani pada 16 September 1987 dan berlaku sejak 1 Januari 1989. Sejak itu, traktat ini telah mengalami lima kali revisi yaitu pada 1990 di London, 1992 di Kopenhagen, 1995 di Vienna, 1997 di Montreal dan 1999 di Beijing. Dikarenakan tingkat penerapan dan implementasinya yang luas, traktat ini dianggap sebagai contoh kesuksesan kerjasama internasional. Kofi Annan pernah menyebutnya sebagai "Kemungkinan merupakan persetujuan internasional tersukses sampai hari ini..".

Traktat ini difokuskan pada beberapa kelompok senyawa hidrokarbon halogen yang diyakini memainkan peranan penting dalam pengikisan lapisan ozon. Semua zat tersebut memiliki klorin atau bromin (zat yang hanya memiliki fluorin saja tidak berbahaya bagi lapisan ozon).
Read More...


Protokol Kyoto

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas



Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.

Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02°C dan 0,28°C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober 2003)

Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). Ia dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk penanda tanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004.
Read More...


Glasier dan tutupan es

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas



Setiap tahun sekitar 8 mm air dari seluruh permukaan laut mengalir ke lempengan es Antartika dan Greenland sebagai hujan salju. Jika tidak ada dari es itu yang kembali ke laut, maka muka laut akan turun 8 mm setiap tahunnya. Meskipun air dalam jumlah yang hampir sama kembali ke laut dalam gunung es dan dari melelehnya es di tepinya, para ilmuwan tidak tahu mana yang lebih besar - es yang masuk atau es yang keluar. Perbedaan antara input dan output es disebut sebagai kesetimbangan massa (mass balance). Kesetimbangan ini sangat penting karena menyebabkan perubahan muka laut global.

Paparan-paparan es (ice shelves) yang melayang di permukaan laut jika mencair tidak akan mengubah permukaan laut. Demikian juga halnya dengan mencairnya tutupan es di kutub utara yang terdiri dari kumpulan es yang melayang yang tidak akan menaikkan muka laut secara signifikan. Hal ini terjadi karena yang mencair adalah air segar yang meskipun akibat mencairnya mereka dapat menaikkan permukaan laut, namun ordenya cukup kecil dan umumnya dapat diabaikan. Namun demikian hal itu dapat juga dibantah dengan menyatakan bahwa jika paparan es mencair, maka ia adalah sebuah pertanda dari mencairnya lempengan es di Greenland dan Antartika.

  • Masih kurangnya pemahaman para ilmuwan tentang perubahan penyimpanan air teresterial (terrestrial storage of water). Antara tahun 1910 dan 1990 perubahan sedemikian rupa bisa jadi memberikan kontribusi –1,1 hingga +0,4 mm/tahun.
  • Jika semua glasier dan tutupan es mencair, kenaikan muka laut diproyeksikan sekitar 0,5 m. Jika pencairan juga terjadi pada lempengan es di Greenland dan Antartika (keduanya memiliki es di atas permukaan laut), maka kenaikan akan menjadi lebih drastis lagi, 68,8 m. Keruntuhan reservoir interior lempengan es Antartika Barat akan menaikan permukaan laut setinggi 5-6 m.
Read More...


Blog urutan 10 besar di kompetisi website kompas muda-im3



Hari ini saya ingin melihat beberapa blog yang nagkring di urutan 10 besar google dengan kata kunci: kompetisi website kompas muda-im3, blog tersebut antara lain:

http://tongkonanku.blogspot.com/2008/12/
kompetisi-website-kompas-muda-im3
.html
http://takadakatakata.blogspot.com/2008/12/
kompetisi-website-kompas-muda-im3
.html
http://www.kapanpun.com/2008/12/kompetisi-website-kompas-muda-im3.html
http://www.kangnoval.com/2008/12/kompetisi-website-kompas-muda-im3.html
http://kompetisi-website-kompas-muda-im3.victorsetyono.com/
http://kompetisiwebkompasmuda.blogspot.com/
http://mudaers.com/
http://kopitozie.blogdetik.com/2008/12/23/kompetisi-website-kompas-muda-im3/
http://bus-montreal.com/kompetisi-website-kompas-muda-im3.html
http://hasanbrothers.net/2008/12/kompetisi-website-kompas-muda-im3/

Selamat buat teman-teman yang sudah masuk 10 besar google. Tetap semangat, smoga blog kalian bisa menang.. Bagi teman-teman yang belum masuk, ayo tetap semangt juga ok..
Read More...


Sudahkah blog mu ke-index oleh paman google dengan kata kunci: Kompetisi website kompas muda-im3



Memang susah untuk mendapat urutan pertama menurut paman google, padahal panitia Kompetisi website kompas muda-im3 mensyaratkan bahwa blog kita harus ke index oleh google dan punya peringkat bagus dengan kata kunci: Kompetisi website kompas muda-im3..

Bagaimana cara blog-mu biar ke-index oleh paman google? Sebenarnya jangan takut blog mu ga ke-index, sebenarnya paman google itu baik kok, setiap blog atau website baru pasti akan ke-index, tinggal tunggu aja dua atau tiga hari saja..

Yang masalah blog mu ga bisa urutan 10 besar itu, karena memang blog kita masih baru, alias masih bayi, nyatanya blog yang saya baru buta saja ada di urutan 74, ah sedih melihatnya..

Paman googel itu sebenarnya ga mau dibilang klo database mereka ga up-to-date, jadi setiap ada blog baru yang sesuai dengan kata kunci yang dicari oleh pengguna, mereka akan meng-indexnya..

Ah, tapi sayang nya, panitia Kompetisi website kompas muda-im3, mensyaratkan blog kita di posisi teratas di google. Tapi ada satu hal yang masih membuat saya bertanya-tanya, Apakah urutan blog kita tersebut menurut paman google Indonesia atau paman google Amerika? Atau dengan kata lain google.co.id atau google.com?
Read More...


Petaka Lingkungan karena Perang

Ekosistem Irak rusak parah. Bencana jangka panjang yang harus dibayar mahal.

Oleh Agus Hidayat
From http://majalah.tempointeraktif.com/



Burung-burung berwarna kuning berparuh melengkung itu terbang tak beraturan, berusaha menyelamatkan nyawa di tengah ingar-bingar desingan peluru. Delta Sungai Eufrat, yang menjadi rumahnya selama beratus tahun, tak aman lagi. Serbuan pasukan Amerika dan sekutunya di lembah dan aliran Sungai Eufrat untuk merebut Bagdad tak cuma meniscayakan korban manusia. Kehidupan murai penyanyi Irak (Turdoides altirostris) pun ikut tercerabut.

Kini burung cantik itu, bersama 278 spesies burung di 42 habitatnya di Lembah Mesopotamia, terancam punah. Dalam laporannya, organisasi lingkungan internasional Birdlife International akhir Maret lalu menyebut perang telah merusak lingkungan fisik berbagai spesies burung yang tergolong langka di dunia itu.

Pada laporan yang dikirim ke badan PBB untuk lingkungan hidup, UNEP (The United Nations Environment Programme), Birdlife mengidentifikasi tujuh ancaman serius perang atas lingkungan Irak. Ini meliputi kerusakan fisik dan kehancuran ekosistem akibat penggunaan senjata, pergerakan pasukan dan arus pengungsi; pencemaran karena tumpahan minyak dan terbakarnya kilang minyak; kontaminasi zat kimia, biologi, dan radioaktif akibat penggunaan senjata penghancur massa; serta terbakarnya ekosistem lahan basah dan hutan karena pertempuran.

"Kerusakan lingkungan ini terabaikan, kalah oleh konflik itu sendiri," ujar Dr. Michael Rands, Direktur Eksekutif Birdlife International. Wajar kalau Rands amat prihatin. Jika pengalaman Perang Teluk pada 1991 dijadikan patokan, dampak perang kali ini tak jauh berbeda, bahkan mungkin lebih dahsyat lagi.

Dalam catatan, Perang Teluk 1991 telah menumpahkan minyak di lautan sebanyak 6 juta hingga 8 juta barel. Garis pantai yang tercemar terbentang sejauh 560 kilometer. Ini rekor tumpahan minyak di laut terbesar yang pernah terjadi.

Tumpahan minyak mencabut nyawa 30 ribu burung laut, termasuk burung langka Socotra cormorant. Ekosistem laut di utara Teluk Persia rusak berat. Burung-burung migrasi—pelikan dan bangau, yang biasa menjadikan wilayah Teluk sebagai tempat rehat—terpaksa mengubah rute dan menempuh perjalanan lebih jauh. Kerusakan juga dialami bentangan terumbu karang dan biota laut lainnya.

Di daratan, tumpahan minyak juga tak kalah hebat. Hingga perang berakhir pada April 1991, tercatat 650 kilang minyak terbakar atau sengaja dibakar. Sebanyak 25 hingga 30 juta barel minyak tumpah, mencemari wilayah seluas 19 kilometer persegi.

Perang juga menerbangkan 13.700 ton gas beracun. Para ahli memperkirakan, biaya yang diperlukan untuk membersihkan lingkungan akibat tumpahan dan terbakarnya minyak mencapai US$ 700 juta. Gas beracun ini memenuhi langit Timur Tengah dan disebarkan hingga ratusan kilometer jauhnya. Saking hebatnya, setiap tarikan napas akan berubah menjadi penderitaan. Seorang warga Kuwait menuturkan, tiap hirupan napas seakan menarik udara dari knalpot truk diesel. Partikel-partikel gas yang sebagian besar berupa nitrat dan belerang ini menimbulkan ancaman lain berupa hujan asam.

Struktur dataran padang pasir yang rapuh juga berubah drastis. Akibat laju peralatan dan kendaraan militer bertonase besar, 90 persen wilayah padang pasir Kuwait menjadi keras, persis seperti jalan aspal yang disetum. Perubahan ini mempengaruhi berjenis-jenis biota padang pasir yang biasa hidup dalam pasir yang buyar, tidak dalam pasir yang pejal.

Bencana lain yang mengintip adalah dilepaskannya berjenis-jenis material berbahaya dari pabrik senjata kimia, biologi, dan nuklir yang kena gempuran senjata. Aneka jenis racun ini menyebar dan diterbangkan ke seantero Irak, hingga ke negara-negara tetangganya. Limbah radioaktif juga terserak dan tertanam abadi di bumi Irak.

Dalam perang Irak sekarang, peluru yang memanfaatkan depleted uranium masih menjadi primadona (lihat TEMPO Edisi 31 Maret). Uranium bukan limbah yang menyenangkan; ini bahan yang beradioaktif. Dampaknya akan terus terasa melalui berbagai efeknya hingga puluhan tahun usai perang gila ini berakhir.

Selain kerusakan langsung akibat perang, ancaman akan kelestarian alam di Irak juga datang secara tak langsung. Hancurnya sumber-sumber energi listrik akan membuat masyarakat kembali menggunakan kayu sebagai sumber energi. Laju penggundulan hutan (deforestasi) tak bisa dihindari. Padahal, tanpa ini pun, luas hutan di Irak hanya kurang dari 5 persen luas wilayahnya. Beban penghancuran ini akan makin bertambah seiring dengan mobilitas pengungsi dan tentara.

Itu sebabnya, semakin lama perang berlangsung, kerusakan lingkungan akan bertambah parah dan semakin banyak keanekaragaman hayati hilang dari bumi Irak. Padahal, sebagaimana dicatat The Canadian Nature Federation, keanekaragaman hayati di wilayah ini punya nilai tak tergantikan, baik untuk bangsa Irak maupun warga dunia.

Lembah Sungai Eufrat dan Tigris dikenal memiliki aneka spesies unik. Beberapa jenis di antaranya merupakan hewan endemik Mesopotamia dan tak dijumpai di wilayah lain. Di sini terdapat 16 spesies burung yang tanpa perang pun sudah dalam status terancam punah. Termasuk di situ tiga spesies burung unik lahan basah endemik Eufrat.

Wilayah itu meliputi daerah seluas 15 ribu kilometer persegi. Vegetasinya amat beragam, termasuk terdapat sebuah danau air tawar. Lembah ini menjadi tempat bergantung masyarakat Ma'dan, suatu komunitas tradisional yang menyelaraskan hidupnya dengan alam dan memanfaatkan alam dengan cara tradisional. Lahan basah ini juga tempat berkembang biak bagi udang, yang menjadi sumber protein hewani penting di Irak. Sebanyak 60 persen ikan di Irak dipasok dari wilayah ini.

Sialnya, wilayah eksotis ini terbentang di antara Bagdad di utara dan Basra di selatan, jalur strategis yang dijadikan wilayah tempur pada Perang Iran-Irak, 1980-1988. Perlahan-lahan luas wilayah lahan basahnya rusak dan menyusut dahsyat. Kerusakan dan penyusutan kembali terjadi pada 1991. Ledakan bom, pembakaran hutan, desing peluru, dan asap mesiu merontokkan vegetasi hijau di sini. Banyaknya perang yang berkecamuk turut mempercepat punahnya dua mamalia langka dari keluarga rodentia (pengerat). Para ahli lingkungan memperkirakan, perang kali ini akan membawa kehancuran total pada ekosistem lahan basah Eufrat-Tigris.

Dalam jangka panjang, kerusakan alam di Irak akan menambah beban bagi pemerintahan Irak. Pembersihan bangkai tank, pesawat tempur, kapal, dan peralatan berat yang hancur akibat perang membutuhkan alokasi waktu, tenaga, dan biaya yang besar. Belum lagi buat mengangkat segala macam ranjau yang kadung ditanam, termasuk memadamkan kebakaran dan membersihkan sampah uranium yang ratusan ton banyaknya.

Jika sudah begitu, persoalan merehabilitasi alam dan mengembalikan keanekaragaman hayati akan menjadi prioritas paling buncit. Sebagai negara yang baru dihajar perang, persoalan kemanusiaan lain akan memakan biaya besar. Tak aneh jika Birdlife memprediksi penurunan kualitas hidup akibat rusaknya lingkungan di Irak akan berlangsung lama, teramat lama, bahkan seusai perang.
Read More...