Menjadi Sahabat Bumi yang Baik

Klo ditanya: Apa sih arti dari sebuah persahabatan?

Masing-masing orang pasti punya pendapat yang berbeda, nah klo saya ditanya arti dari sahabat, maka saya menjawab:

"Sahabat adalah orang yang bisa menemani dan menjaga kita, di saat kita susah atau senang. Sahabat adalah dia yang tidak membuat kita kecewa, tidak menyakiti kita, dan selalu saling menghargai".

Trus, bagaimana cara kita menjadi sahabat bumi yang baik?? Di sini saya tidak akan membahas apa saja yang harus kita lakukan untuk menjaga bumi ini, karena sudah banyak sekali artikel yang bertebaran di internet. Tapi di sini saya hanya ingin mengubah pola pikir teman-teman bagaimana seharusnya kita dalam menjaga bumi ini.

Saya akan memulainya dengan sebuah cerita:
Suatu hari seorang raja menyuruh seluruh rakyatnya membawa 1 sendok madu. Ada satu orang yang berpikir "ah, saya bawa 1 sendok air saja, tidak akan keliatan bila bercampur dengan banyak madu dari orang lain".. Sang raja terus menyuruh rakyatnya mengumpulkan madu yang mereka bawa ke dalam satu tong.. Ah, betapa terkejutnya sang raja, ternyata isi tong bukan madu, tetapi berisi air semua..
Klo kata-kata dalam cerita di atas diterjemahkan:
"Ah, hanya saya yang membawa satu sendok air, orang lain tidak"
Cerita ini yang terus saya ingat, jangan pernah berpikir "hanya saya". Karena diluar sana banyak sekali orang yang berpikir seperti teman-teman. Jadi seharusnya kita berpikir "Bukan hanya saya".

Contoh kecil saja, "hanya saya" yang membuang sampah sembarangan. Klo semua orang berpikir seperti ini, Apa yang bakal terjadi? Mungkin bumi ini akan dipenuhi dengan sampah yang bertebaran di sana-sini.

Sekarang mulailah berpikir "Bukan hanya saya", mulailah sesuatu dengan "Saya melakukan ini semua untuk kepentingan banyak orang, untuk orang-orang yang saya cintai, untuk Sahabat-ku Bumi yang saya cintai", dan lain sebagainya. Untuk semua yang mendatangkan kebaikan bagi diri saya, orang lain, dan lingkungan, karena kita tidak hidup sendiri dan kita hidup di bumi. Jadilah sahabat yang baik bagi-nya.

KOMPETISI DESAIN DAN PENULISAN WEB / BLOG:
Kompetisi Website Kompas MuDA - IM3
Read More...


Saya adalah...

Saya satu orang yang berpikir "bukan hanya saya, tapi ada orang-orang lain yang berpikir seperti saya", saya tidak sendirian..

Ada cerita:
Suatu hari seorang raja menyuruh seluruh rakyatnya membawa 1 sendok madu. Ada satu orang yang berpikir "ah, saya bawa 1 sendok air saja, tidak akan keliatan bila bercampur dengan banyak madu dari orang lain"..
Sang raja terus menyuruh rakyatnya mengumpulkan madu yang mereka bawa ke dalam satu tong..
Ah, betapa terkejutnya sang raja, ternyata isi tong bukan madu, tetapi air..

Cerita ini yang terus saya ingat, jangan pernah berpikir "hanya saya".

Contoh kecil saja, "hanya saya" yang membuang sampah sembarangan. Klo semua orang berpikir seperti ini, Apa yang bakal terjadi?

Salam Menjaga Bumi
Read More...


Mari Menjaga Bumi

Sumber: http://sijorimandiri.net/

Bumi adalah salah satu planet yang menjadi satu-satunya tempat hidup umat manusia. Lebih dari enam miliar manusia, serta makhluk hidup lainnya bergantung pada bumi. Bagaimana jika tempat hidup kita ini perlahan-lahan rusak dan mungkin kelak membinasakan semua makhluk hidup akibat pemanasan global? Keprihatinan terhadap bumi yang semakin rusak membuat sebagian besar negara di dunia menggalang solidaritas untuk menyelamatkan bumi. Di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sejumlah pertemuan internasional pun digelar dan yang terakhir menyepakati adanya Protokol Kyoto. Ratusan negara telah meratifikasi protokol itu. Sayangnya, tercatat dua negara terkemuka, yakni Amerika Serikat dan Australia enggan meratifikasinya. Kenyataan ini menunjukkan belum kompaknya negara-negara di dunia menyelamatkan bumi dari kehancuran.

Namun, sebagian besar negara tak tinggal diam dan terus mengupayakan kebersamaan dalam merumuskan langkah-langkah konkret untuk mengurangi dampak negatif akibat perubahan iklim. Kali ini upaya itu dilakukan di Bali melalui Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim. Konferensi ini diharapkan dapat memperkuat komitmen negara-negara untuk menurunkan emisi sesuai target yang telah ditetapkan.

Kita menilai Pertemuan Bali merupakan langkah penting dalam mewujudkan kebersamaan dunia untuk menyelamatkan bumi. Kita sadar Pertemuan Bali memang tidak didedikasikan untuk menghasilkan sebuah kesepakatan baru, tetapi tetap bermakna untuk menyiapkan peta jalan (roadmap) bagi terbentuknya kesepakatan baru pasca-Protokol Kyoto tahun 2012.

Berdasarkan keterangan resmi delegasi Pemerintah Indonesia, ada empat agenda utama yang dibahas di Bali, mulai Senin kemarin hingga 14 Desember 2007. Keempat agenda itu adalah mitigasi, adaptasi, alih teknologi, serta investasi dan pendanaan. Bagi sebagian besar warga, tema-tema itu terasa asing dan berada di awang-awang.

Kita berpendapat, Pertemuan Bali dan pemberian pemahaman tentang dampak pemanasan global terhadap rakyat harus berjalan simultan. Pertemuan Bali merupakan pertemuan elite pemerintahan, tetapi menjadi tak bermakna tanpa dukungan rakyat Indonesia. Pertemuan Bali hendaknya dapat memperkuat komitmen negara-negara untuk menurunkan emisi dengan skema apa pun dan harus didukung perilaku warga dunia untuk melestarikan alam. Hanya saja kita mengingatkan agar skema penurunan emisi itu tidak sampai merugikan rakyat dengan merampas hak-hak mereka.

Kalau Pemerintah Indonesia bersungguh-sungguh ingin menyelamatkan bumi, tentu saja kita sebagai warga negara dalam kapasitas masing-masing pun harus ikut memberi dukungan. Salah satu langkah positif adalah menanam 10 juta pohon yang telah dilakukan serentak di seluruh Indonesia, Sabtu (1/12). Program penanaman, pemeliharaan, hingga pengharaman penebangan pohon dalam ukuran tertentu, harus betul-betul menjadi gaya hidup manusia Indonesia.

Untuk itu, pemerintah melalui para penegak hukum harus bersikap tegas terhadap setiap pelaku pembalakan hutan. Para penegak hukum yang "bermain mata" dengan perusak hutan harus ditindak tegas. Kesungguhan itu harus ditunjukkan oleh pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal-lain yang bisa dilakukan adalah mengurangi penggunaan energi dari bahan fosil, seperti bahan bakar minyak (BBM). Langkah itu diharapkan dapat mengurangi perusakan atmosfer.

Efek pemanasan global sebetulnya telah kita rasakan. Jadi, mari kita bersama-sama menguranginya dan terus menjaga bumi ini.
Read More...


Menjaga Bumi, Menjaga Hidup

Oleh: DAHONO FITRIANTO, Sumber: http://www2.kompas.com/

Pemanasan global atau "global warming" sudah menjadi kosa kata harian. Tak terhitung peringatan yang sudah diberikan mulai dari ilmuwan, pakar lingkungan hidup, politisi, hingga selebriti, di televisi, radio, koran, internet, sampai pamflet. Namun, tengoklah sekitar kita.

Seorang teman, yang berlibur ke Kebun Raya Bogor (KRB) pada musim libur panjang pekan lalu, menceritakan, kolam-kolamnya yang asri dengan bunga-bunga teratai raksasa dipenuhi botol air mineral dan sampah plastik. "Rasanya ingin menangis," ujar teman yang masih ingat betapa bersih dan anggunnya KRB pada era 1970-an.

Bicara soal sampah, perhatikan perilaku pengemudi mobil. Dari jendela mobil mewah penumpangnya membuang sampah ke jalan aspal. Mungkin dia pikir dunia di luar mobil adalah tempat sampah besar.

Itulah gaya hidup "NIMBY" alias not in my backyard yang makin akut menjangkiti penduduk kota besar. Selama bukan di "halaman belakang rumahnya", berarti bukan urusan dia. Akibatnya, prasarana publik macam taman kota, jalan raya, selokan, sungai, hingga laut, dianggap bukan milik siapa-siapa sehingga boleh diperlakukan seenaknya.

Itu semua masih bicara soal kebersihan. Isu kuno dan klise, yang sudah diajarkan sejak taman kanak-kanak, tetapi ternyata masih belum bisa dipraktikkan semua orang sampai berumur kakek-kakek.

Di tengah kesadaran yang sangat rendah tentang lingkungan, masih mungkinkah memahami soal perubahan iklim, emisi gas rumah kaca (GRK) dan seluruh dampak pemanasan global?

Paling rentan

Sebagai negara kepulauan yang penduduknya terkonsentrasi di kawasan pantai, Indonesia adalah negara paling rentan terkena dampak pemanasan global. Naiknya permukaan air laut akibat mencairnya es kutub akan menggenangi hunian di pesisir. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyebut, sampai tahun 2006, Indonesia telah kehilangan 20 pulau kecil karena abrasi.

Ancaman perubahan iklim sudah kita rasakan bersama saat ini. "Kemarau panjang sebagai dampak pemanasan global akan mempercepat kebakaran hutan yang lebih masif. Ketersediaan air juga terancam," papar Chalid Muhammad, Direktur Eksekutif Walhi.

Lembaga-lembaga swadaya masyarakat di bidang lingkungan hidup, seperti Walhi dan Yayasan Pelangi Indonesia, tak henti-hentinya menyadarkan semua pihak tentang bahaya kehidupan manusia akibat pemanasan global ini. Mulai pendidikan publik di tingkat akar rumput hingga desakan kepada pemerintah. "Tak kalah penting adalah lobi dan berbagi ilmu pengetahuan dengan pemerintah agar bisa melakukan tekanan internasional kepada negara-negara penyumbang emisi karbon dioksida terbesar," ungkap Chalid.

Kontributor utama

Namun, kendala datang justru dari "halaman belakang" rumah sendiri. Baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia pada umumnya belum sepenuhnya menyadari tindakan-tindakan yang memperburuk situasi.

Manajer Informasi dan Komunikasi Yayasan Pelangi Indonesia Nugroho Kurniawan menyebut pola konsumsi dan gaya hidup warga kota besar sangat berpengaruh terhadap pemanasan global. "Kebiasaan boros listrik, menyalakan peralatan listrik yang tak perlu, AC terlalu dingin di mal-mal dan bioskop-bioskop, sekolah yang bangga karena seluruh ruangnya ber-AC, hingga penggunaan kendaraan bermotor untuk transportasi, semuanya menyumbang emisi GRK penyebab pemanasan global," papar Nugroho.

Pembuat kebijakan yang hanya berpikir jangka pendek menyangkut eksploitasi sumber daya alam juga menjadi kontributor utama pemanasan global. "Yang terjadi saat ini adalah akumulasi krisis. Sayangnya, rakyat belum menggunakan hak politiknya untuk menekan pembuat kebijakan," ujar Chalid.

Hal-hal sederhana

Sedemikian sulitkah menyadarkan masyarakat untuk mencegah bencana global ini? Bagi pemain sinetron Shahnaz Haque, penyadaran itu bisa dimulai dari hal-hal sederhana sehari-hari di lingkungan terkecil.

Sejak dini, ia dan suaminya, Gilang Ramadhan, menanamkan kesadaran hemat energi dan air kepada tiga anaknya, mulai dari mematikan lampu kalau tak dipakai, dilarang menggosok gigi sambil membuka keran air, dan dilarang keras buang sampah ke luar mobil.

"Kalau satu orang melakukan dan dilanjutkan satu komunitas melakukan, itu akan baik," ujar Shahnaz, yang lulusan Teknik Penyehatan Universitas Indonesia ini.

Sisanya, menurut konstitusi yang sah, rakyatlah pemegang kekuasaan tertinggi di negeri ini. Rakyatlah yang paling berhak menentukan siapa pemimpin yang bisa dan mau menjaga kelangsungan tanah dan air tempat kita berpijak ini. Karena menjaga bumi adalah menjaga kehidupan. (MH/IVV/XAR)
Read More...


Gambaran Umum Global Warming, Efek Dan Cara Untuk Mencegah Pemanasan Global Dunia

Kita semua sama2 tahu bahwa pemanasan global sedang terjadi. IPCC melaporakn penelitiannya bahwa 0,15 - 0,3o C. Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 (33 tahun dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Dan jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero jagat.

Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut air dan makanan. Napas tersengal oleh asap dan debu. Rumah-rumah di pesisir terendam air laut. Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga akhirnya menelan seluruh pulau. Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa manusia.

Hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007), pun tak kalah mengerikan. Ternyata, permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm. Jika suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050 daera-daerah di Jakarta (seperti : Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing) dan Bekasi (seperti : Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan terendam semuanya.

Yah,,,kita semua sudah mengetahui itu… dan sebagian orang tetap mencoba untuk memberitahukan bahwa kejadian ini benar-benar sedang terjadi… namun tetap tidak sedikit orang yang masih tidak peduli. Mungkin karena kita masih merasa nyaman dengan keadaan sekarang…bisa menikamti semuanya mulai dari makanan, air, udara, daratan yang sukup untuk bermain bola, social yang masih cukup damai, dll…

Yah…itu saat ini…lalu bagaimana jika 10 tahun lagi, atau 20 tahun, atau sampai 30 tahun lagi. Saya tahu tidak akan terjadi perubahan yang signifikan saat ini karena kita semua masih menganggap ini hal yang biasa, tapi saya akan menjadi manusia yang sangat bodoh jika saya tidak terus mencoba untuk menginformasikan ini.

Lalu apa yang bisa kita lakukan?

Ada beberapa cara mudah yang bias kita lakukan, yaitu ;

1. Matikan listrik. (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi).
2. Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
3. Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
4. Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C).
5. Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
6. Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
7. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
8. Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
9. Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
11. Say no to plastic. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.
12. Sebarkan berita ini kepada orang-orang di sekitar Anda, agar mereka turut berperan serta dalam menyelamatkan bumi.

Sumber: http://organisasi.org/
Read More...


Bocoran penilaian Kompetisi Website Kompas MuDA - IM3

Penjurian akan dilakukan dari Kompas MuDA dan Kompas.com. MuDA mau kasih bocoran penilaian dari juri nih. Salah satu metode yang digunakan untuk menilai web kamu adalah popularitas web di mesin pencari Google.

Cara yang akan digunakan adalah dengan mengetikkan kata kunci : Kompetisi Website Kompas MuDA - IM3. Nah,. di Google nanti akan muncul web-web peserta lomba. Karena itu, kata kunci ”Kompetisi Website Kompas MuDA - IM3” ini harus ada di halaman web kamu.
Peringkat yang bagus akan ikut menentukan nilai web kamu. Salah satu pesan yang ingin disampaikan MuDA adalah: kamu boleh saja buat tulisan bagus dan desain yang hebat, tapi kalau tak terindeks oleh Google atau tak punya popularitas di mesin pencari, ya percuma saja kawan.

Sumber: Mudaers.com
Read More...