5 Sikap yang Menutup Pintu Komunikasi Antara Orangtua dan Anak

Kesalahan dalam pola berkomunikasi di antara orang tua dan anak biasanya menjadi sumber bagi permasalahan-permasalahan besar lainnya, seperti penyakit jiwa pada anak.

Apabila si anak mengalami ketidakpedulian atau kebingungan dari orang tua, maka mereka akan menjadi tertutup dan kurang terbuka dalam menceritakan emosi ataupun persoalan yang dihadapi.

Beberapa perilaku tertentu yang mungkin tidak disadaroleh oleh para orang tua dapat mengganggu hubungan tersebut, menyebabkan perasaan isolasi serta kecemasan pada sang anak.

Kali ini akan membahas sikap orang tua yang dapat menyebabkan anak menjadi tertutup, sebab hal itu bisa mempengaruhi kesejahteraan psikis sang anak.

1. Para orang tua hampir tidak pernah mendiskusikan hal-hal dengan sang anak.

Satu cara agar anak menjadi tertutup pada orang tua adalah apabila orang tua kurang sering memulai percakapan dengan mereka. Jumlah komunikasi yang minim hingga tak ada pun bisa menyebabkan perasaan bahwa sang anak dilupakan dan tidak diperhitungkan.

Sebagai contoh, ketika buah hati sudah kembali dari sekolah, kedua orang tua mungkin telah disibukkan oleh tugas kerja atau aktivitas lainnya sehingga tak sempat bertanya tentang jalannya hari sang anak. Kondisi seperti itu bisa menjadikan si kecil merasa perasaan serta pengalamannya kurang bernilai, yang pada akhirnya menyebabkan dia ragu-ragu dalam bercerita ataupun melaporkan suatu masalah kepada orang tuanya.

Apabila perilaku ini terus berlangsung, si anak mungkin akan tumbuh dengan sifat penutup diri, mengalami rasa kesepian, serta condong untuk menimbun perasaan atau persoalan pribadinya sendiri. Hal tersebut pada gilirannya dapat membahayakan kesejahteraan emosi dan mental mereka.

Seharusnya orang tua menyediakan waktu setiap harinya untuk bercerita dengan anak-anak mereka, menanyai kegiatan si anak, serta menghadirkan suasana bagi dialog yang bebas dan jujur.

2. Sedikit acuh terhadap kisah anak-anak

Apabila si anak bercerita mengenai petualangan menyenangkan di tempat belajar ataupun persoalan bersama kawan-kawannya, tetapi orang tua cuma membalas dengan kata-kata pendek atau tak fokus sepenuhnya pada percakapan tersebut, maka dapat membuat sang buah hati merasa letih dan beranjak menjauh.

Maka dari itu, cukup vital bagi para orang tua untuk memperlihatkan kesadaran dan simpati mereka tentang kisah si kecil, mendengar dengan seksama, serta menyediakan balasan yang mendorong supaya sang buah hati merasa dimuliakan dan semakin terbuka.

3. Orang tua menceritakan kisah sang anak kepada pihak lain.

Tindakan orang tua yang menceritakan kisah si anak kepada pihak lain dapat menghancurkan rasa percaya anak serta menyebabkannya ragu-ragu dalam berbagi hal di kemudian hari.

Apabila seorang anak mempercayai dan mengungkapkan permasalahan pribadinya pada orang tuanya, misalkan kendala dalam belajar di sekolah ataupun konflik bersama kawan-kawannya, tetapi justru orang tua menyebarkan cerita itu ke kalangan sahabat atau kerabat lainnya tanpa persetujuan dari sang anak, maka dapat dipastikan bahwa anak tersebut bakalan merasa disakiti dan dibetulkan.

Gaya seperti itu dapat menyebabkan anak menganggap kisah mereka tak terlindungi dan jadi lebih berwaspada dalam menceritakan hal lain di masa mendatang.

Agar memelihara ikatan yang baik, orang tua harus menghormati ruang pribadi anak serta melestarikan kepercayaannya sehingga membuat anak menjadi lebih lepas mulut dan jujur.

4. Orang tua cepat emosi dan tak memperhatikan pandangan si anak.

Orang tua yang cepat emosi dan enggan memperhatikan pandangan anak-anaknya bisa membentuk suasana takut serta mencegah dialog yang jujur dan terbuka.

Sebagai contoh, apabila seorang anak menyampaikan pikiran atau emosi mereka, tetapi orang tua malah bereaksi dengan marah atau menyepelekan hal tersebut, maka si anak akan merasa kurang diperhitungkan dan enggan untuk membuka diri lagi.

Apabila anak merasa bahwa setiap kali mereka menyuarakan pikiranannya selalu mendapatkan respons yang negatif, maka kemungkinan besar mereka akan mulai bersikap tertutup dan kurang ingin menceritakan masalah atau emosinya di waktu yang akan datang.

orang tua harus mempelajari cara mengontrol kesempatan mereka dan memberikan area yang cukup kepada anak-anak agar dapat berbicara secara tenang, ini akan membuat anak merasa dipahami serta dihormati.

5. Sering menghakimi anak

Orang tua yang selalu menilai anak dapat menyebabkan anak enggan untuk berbagi hal-hal pribadi dengan mereka secara mendalam.

Sebagai contoh, saat anak bercerita tentang permasalahan atau kesalahan yang telah dilakukan, orang tua dengan cepat mengatakan hal seperti "Kau selalu begitu" atau "Mengapa kau tak berhati-hati saja?". Ucapan-ucapan semacam itu dapat menyebabkan anak merasa bersalah dan dirasakan sebagai seseorang yang kurang mampu, sehingga pada gilirannya akan menghalangi jalur komunikasi.

Anak-anak yang sering kali merasa dikritik cenderung tidak mau menceritakan pengalaman mereka, khawatir bakal diberi penilaian buruk. Para orang tua harus lebih hati-hati saat bereaksi, yaitu dengan memperhatikan serta menyediakan dukungan penuh sehingga buah hatinya dapat mengutarakan isi pikiran tanpa rasa takut didamprat.

Nah, itulah informai mengenai Tindakan orang tua yang dapat menyebabkan anak menjadi tertutup. Haraplah Mama dan Papa senantiasa mengelakkan sifat-sifat tersebut, ya.

  • Cara Mengajarkan Anak untuk Bersikap Terbuka dengan Ortu?
  • 5 Saran untuk Membangun Komunikasi yang Terbuka dan Jujur dengan Anak Usia Praremaja
  • 7 Metode Memperkuat Komunikasi dengan Anak yang Cenderung Pendiam

Lebih baru Lebih lama