
Terdapat perbedaan mendasar di antara individu yang merasakan kebahagiaan dengan mereka yang belum mencapainya, dan hal ini tak sekadar berkaitan dengan emosi saja. Perbezaan utamanya ada pada perilaku serta tindakan keduanya.
Orang-orang yang merasa senang biasanya memiliki kebiasaan serta jadwal harian yang membuat mereka bisa mengapresiasi hidup lebih baik, sementara individu yang kurang bersyukur cenderung absen dari hal tersebut. Perilaku seperti itu tak melulu berkaitan dengan pura-pura gembira, namun bertujuan untuk mendorong perasaan kenyamanan yang otentik.
Untuk merasakan kebahagiaan, seseorang harus cenderung mengedepankan aspek-aspek positif dalam kehidupannya. Ada beberapa tindakan spesifik yang biasa dijalani oleh mereka yang merasa bahagia guna mendorong tercapainya kondisi tersebut. Berdasarkan informasi dari situs web Geediting, berikut adalah lima perbedaan perilaku antara individu yang merasa senang dan mereka yang kurang begitu menikmati hidupnya.
Selalu merangkul hal positif
Orang-orang yang merasa senang menyadari bahwa cara kita melihat sesuatu bisa menciptakan kenyataan bagi diri sendiri. Mereka cenderung fokus pada sisi positif suatu situasi, yaitu gelas setengah penuh, bukan berarti kurang rasional, tapi karena mereka sadar ini akan mendatangkan keadaan mental yang lebih baik.
Orang yang merasa tidak bahagia cenderung terperosok ke dalam cara berpikir pesimis. Mereka mengizinkan aspek negatif mendominasi pandangan mereka sementara melupakan hal-hal positif, serta lebih banyak berkonsentrasi pada permasalahan daripada mencari jalan keluar.
Apabila kamu ingin melangkah menuju kemanjuran, dimulai dengan merombak sudut pandangmu. Cari aspek yang menyenangkan serta singkirkan pikiran negatif. Meski kelihatannya cuma modifikasi ringan, namun bisa membawa dampak signifikan. Ingatlah bahwa mencapai kedamaian batin tak sekadar soal sensasi enak saja, tapi juga bagaimana membangun penampilan optimis atas realitas hidup.
Selalu bersyukur
Pribadi yang merasa tak puas cenderung menyoroti ketidakhadiran sesuatu atau kesalahan di dalam kehidupannya. Sementara itu, individu yang senantiasa bersyukur lebih mampu mencapai kenyamanan batinnya. Meluangkan waktu untuk mensyukuri aspek positif dalam hidup akan membantu kita mentransformasi pandangan terhadap segala sesuatunya, menjadikan fokus kita melampaui kebutuhan menuju kemakmuran sejati, suatu langkah sederhana namun efektif ini bisa menjadi penentu utama bagi tingkat kebahagiaan kita.
Aktif dalam beraktivitas
Studi telah membuktikan bahwa berolahraga secara rutin bisa memperbaiki mood dan bekerja seperti antidepressan alamiah. Bahkan, cuma dengan 30 menit melakukan aktivitas gerakan ringan setiap hari sudah cukup untuk mendorong substansi kimia dalam otak yang dapat meningkatkan perasaan baik serta mengurangi tekanan hidup.
Di sisi lain, individu yang merasa tidak puas bisa jadi akan menyingkirkan olahraga, akibatnya mereka gagal mendapatkan efek positif terhadap mood tersebut.
Oleh karena itu, apakah Anda lebih menyukai jogging pada pagi hari, berenang di sore hari, atau sekadar jalan-jalan mengelilingi kompleks rumah saat petang tiba, pastikan untuk menambahkan olahraga teratur ke dalam keseharian Anda. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan pemeliharaan kondisi tubuh saja, melainkan juga penting bagi penjagaan suasana hati dan kepuasan hidup.
Membangun hubungan yang mendalam
Hal krusial yang memisahkan individu yang merasakan kebahagiaan dari mereka yang belum mencapainya terletak pada pola hubungan mereka. Orang-orang yang beruntung ini biasanya menekankan serta menjaga ikatan emosional yang signifikan dengan sesama manusia.
Relasi ini tak sekadar berfokus pada memiliki banyak teman saja. Melainkan lebih kepada membina ikatan yang erat serta bernilai tinggi dengan individu-individu yang menyemangati, memberi dukungan, dan benar-benar memahamimu.
Orang yang merasa tidak bahagia cenderung menyepelekan hal tersebut, menjauh dari orang lain atau tetap berinteraksi secara permukaan tanpa kedalaman serta kurang bernilai.
Memiliki empati yang tinggi
Terdapat hangatnya aura yang muncul dari para individu yang merasakan kebahagiaan, dan hal tersebut umumnya diekspresikan melalui tindakan baik kepada sesama. Hal ini tidak hanya bersifat alami saja; sebaliknya merupakan suatu pilihan sadar yang dilakukan oleh mereka secara rutin tiap harinya.
Tidak perlu selalu dalam bentuk tindakan luar biasa atau sesuatu yang besar. Dapat pula terwujud melalui sebuah senyum, kalimat motivasi, atau menawarkan bantuan saat orang lain memerlukan dukungan.
Keberkahan batin ini tak sekadar menjadikan orang lain bahagia, namun turut mendorong kesejahteraan diri kita sendiri. Ketika kita mengungkapkan keramahannya, maka akan tercipta tataran interaksi yang memberi dampak baik bagi rohani serta memantapkan ikatan kita bersama lingkungan di sekeliling.
Seseorang yang merasa tidak puas sering kali terlampau sibuk dengan persoalan pribadinya hingga melupakan bahwa kegembiraan sebenarnya bisa ditemukan dalam membantu sesama.(1)