Keluarga Inti: Pondasi Membangun Perjamuan Berbuka yang Bermakna

Teluk Dalem, Lombok Utara. Saya sangat menantikan waktu buka puasa setiap bulan Ramadhan. Tidak hanya untuk menghilangkan rasa lapar dan dahaga, tapi juga karena masih banyak kegiatan yang dapat memberikan makna tambahan pada saat membuka puasa. Walau dalam beberapa hari ini, saya belum sempat bertemu dengan anggota keluarga langsung, akan tetapi apa yang telah direncanakan hari ini ingin saya lakukan esok. Seberapa pun sisa masa Ramadhannya dan kemudian kami bisa berkumpul kembali. Suami serta anak sulungku.

Pada Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, usaha saya untuk mengubah rutinitas buka puasa tidak hanya terbatasi pada aspek makanan dan minuman. Tujuan saya adalah merayakannya dengan suasana persatuan, rasa syukur, serta kegembiraan. Meskipun belum sempurna, upaya ini dilakukan mulai awal masa berpuasa hingga mendekati peringatan Idul Fitri, kurang lebih selama satu setengah minggu.

Pertama, Sajikan Masakan dengan Kasih

Setiap masakan meskipun sederhana, bila dipersiapkan dan dimakan bersama keluarga tercinta, kelezatannya tetap sangat menakjubkan dalam berbagai Ramadan.

Saya sadar bahwa persiapan untuk sahur tidak hanya sebatas masak, tapi juga tentang membuat momen bersama. Di tahun ini, saya semakin banyak membantu anggota keluarga lainnya dalam dapur, mulai dari pemilihan menu, proses memasak sampai penyajiannya. Ketika tanganku sibuk mengaduk sop ataupun gorengan, perasaan syukur selalu meliputi diriku. Menonton keluargaku menikmati santapan yang telah kubantu siapkan itu amatlah membanggakan serta memberi nilai tambah pada pengalaman buka puasa kami.

Kedua, Berkumpul Sama Orang yang Disayangi Saat Berbuka

Pada masa lalu, biasanya saya membuka puasa sambil berkutat dengan telepon genggam atau televisi. Tetapi, setelah mempertimbangkan kembali, ternyata membuka puasa menjadi jauh lebih bernilai ketika kita sepenuhnya terlibat dalam momen kebersamaan tersebut. Di tahun ini, umumnya saya lebih suka membuka puasa bersama keluarga di rumah dan merasakan obrolan yang hangat tanpa adanya pengganggu dari perangkat elektronik. Kadang-kadang, saya juga mendorong beberapa teman untuk ikut serta membuka puasa bersama kami di mesjid ataupun dirumah seorang sahabat. Kehadiran mereka menciptakan nuansa spesial selama pembukuan puasa. Meski begitu, jika menggunakan alat-alat teknologi itu hanyalah semata-mata untuk mendokumentasikan acara melalui gambar atau video singkat saja.

Maklum, konten kreator..😁

Ketiga, Berbagi dengan Sesama

Satu metode luar biasa untuk menghidupkan penghentian puasa adalah melalui pembagian. Saya memulainya dari hal-hal ringkas, misalnya mendistribusikan kurma pada warga setempat ataupun orang-orang yang ditemui di perjalanan. Selanjutnya, saya turut serta dalam acara berbuka bersama bagi anak-anak tidak bernasib baik. Menilik tawa mereka ketika menyantap hidangan tersebut membantu saya paham jika kegembiraan sesungguhnya tak sekadar soal rasa lapar yang tertekuni, namun lebih luas lagi yakni tentang sikap memberi.

Keempat, Memelihara Kebiasaan Rohani Sebelum dan Setelah Berbuka

Berkatakana buka puasa tak sekadar berkaitan dengan santapan, namun juga tentang mempererat hubungan dengan Tuhan. Usaha saya ialah lebih menumpukan perhatian pada doa sebelum membuka puasa, menyadari bahwa masa tersebut merupakan ketika yang tepat untuk berdoa. Selepas pembukaan puasa, saya menggunakan waktu bagi melakukan salat Maghrib, Isya, serta Tarawih dengan hati yang tenang. Hal ini menjadikan bulan Ramadhon saya menjadi jauh lebih bernilai dari sudut rohani.

Berikut beberapa cara membuat buka puasa menjadi lebih bermakna: Memasak dirumah ataupun bersama dengan anggota keluargamu, karena hal ini dapat menghasilkan rasa persatuan. Kurangi menggunakan perangkat elektronik ketika sedang berbuka supaya bisa lebih terfokus pada momen berkumpulnya keluarga. Sediakan hidangan ringan seimbang dan mudah dibuat sehingga membantu dalam menjaga kenyamananmu selagi berpuasa tanpa harus berlebihan. Bagikan sajian takjil atau panganan lainnya kepada mereka yang kurang beruntung. Luangkanlah waktu untuk melakukan ibadah seperti sholawatan serta menyampaikan syukur baik sebelum maupun setelah berbuka.

Berkutu puasa memiliki arti yang lebih mendalam jika dijadikan sebagai waktu untuk kumpul keluarga, rasa syukur, serta empati. Mulai dari mempersiapkan makanan dengan kasih sayang, berkutu bersama orang-orang terdekat, membantu mereka yang kurang beruntung, sampai merawat jiwa kita, semuanya menciptakan bulan suci Ramadhan jadi sangat luar biasa. Di tahun ini, aku menyadar bahwa kegembiraan sebenarnya dalam berpuasa adalah bukan sekedar soal melepaskan dahaga dan lapar saja, melainkan juga tentang saling bagi-bagi dan mengucapkan rasa syukur atas tiap detiknya.

*Teluk Dalem, Lombok Utara, Minggu, 16 Maret 2025

Lebih baru Lebih lama